Bitcoin Tertekan, Ketegangan AS-Iran dan Lonjakan Harga Minyak Ganggu Pasar Kripto Global

·

Semarang – FAKTIVA.TV – Harga Bitcoin melemah pada awal pekan ini, Senin (23/6), menyusul gejolak geopolitik di Timur Tengah yang dipicu oleh serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Tekanan terhadap aset berisiko, termasuk mata uang kripto, meningkat seiring kekhawatiran investor akan eskalasi konflik dan ketidakpastian ekonomi global.

Mengutip data dari Investing.com, Bitcoin turun sebesar 1,3 persen ke level USD101.501,8. Penurunan ini terjadi setelah mata uang kripto tersebut sempat merosot hingga USD99.000 pada hari Minggu. Aksi jual selama akhir pekan membuat Bitcoin keluar dari kisaran perdagangan stabil di antara USD103.000 hingga USD108.000 yang bertahan selama hampir sepanjang Juni. Meski sempat menembus di bawah USD100.000, Bitcoin masih berhasil ditutup sedikit di atas level tersebut.

Pemicunya: Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran

Penurunan harga kripto ini terjadi setelah Amerika Serikat, di bawah komando Presiden Donald Trump, melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran. Trump menyatakan bahwa serangan tersebut berhasil menghancurkan target secara signifikan. Namun, klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen, dan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA) menyebutkan tidak adanya peningkatan radiasi di sekitar fasilitas tersebut.

Pemerintah Iran mengecam keras serangan itu dan mengancam akan melakukan pembalasan besar-besaran. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah pemblokiran Selat Hormuz, jalur pelayaran penting yang menjadi arteri utama ekspor minyak global, terutama menuju Asia dan Eropa.

Dampak Ekonomi Lebih Luas

Ketegangan ini mendorong lonjakan harga minyak mentah dunia pada hari Senin, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap terganggunya pasokan energi global. Naiknya harga energi juga menimbulkan ketakutan baru terkait tekanan inflasi global, yang dapat membuat bank sentral, khususnya Federal Reserve AS, mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama.

Tekanan ini secara tidak langsung berdampak pada pasar kripto. Meskipun Bitcoin dan aset digital lainnya tidak terikat langsung pada ekonomi riil, namun sifatnya yang spekulatif membuat mereka sangat rentan terhadap perubahan sentimen global. Investor cenderung menarik dana dari aset berisiko dan beralih ke instrumen yang lebih aman seperti dolar AS saat gejolak geopolitik meningkat.

Pasar Kripto Meluas Melemah

Tidak hanya Bitcoin, aset kripto utama lainnya juga mengalami penurunan. Ethereum (ETH), kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, turun 1,9 persen menjadi USD2.247,59. Sementara itu, XRP mengalami koreksi 2,5 persen menjadi USD2,0299. Cardano dan Solana masing-masing juga mencatatkan penurunan lebih dari satu persen.

Token bertema politik seperti $TRUMP juga tidak luput dari tekanan. Token tersebut merosot 1,6 persen menjadi USD8,706, sedangkan Dogecoin turun 1,3 persen, mencerminkan minimnya minat investor terhadap aset berisiko.

Fokus Pasar: Kebijakan The Fed dan Powell di Kongres

Pasar kripto kini mengalihkan perhatian ke pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang dijadwalkan memberikan kesaksian di hadapan Kongres AS mulai Selasa. Investor menanti petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter, terutama setelah The Fed mengindikasikan kemungkinan mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama guna meredam inflasi.

Sentimen hawkish dari bank sentral AS selama beberapa pekan terakhir juga telah menambah tekanan pada pasar kripto. Kombinasi ketegangan geopolitik, risiko inflasi, dan kebijakan moneter yang ketat menciptakan lingkungan yang kurang bersahabat bagi pertumbuhan aset digital dalam waktu dekat.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *